Monday, July 16, 2007

AKU ADALAH SEORANG MUSAFIR


Hari ini adalah hari terakhir aku menetap di Medan. . . tidak terasa sudah 1 tahun 4 bulan aku menetap di kota ini setelah tahun lalu aku pindah ke Medan dari Sorong. Aku pikir aku akan tinggal di kota ini setidaknya 2 tahun tetapi nyatanya malah lebih singkat daripada Sorong….
Tidak pernah muncul di dalam pikiranku bahwa aku akan hidup seperti seorang musafir…berpikir untuk sejenak tinggal jauh dari keluarga memang pernah terpikir tetapi berpikir untuk mengalami hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain di seluruh Indonesia sepertinya tidak pernah terbayangkan. Menikah dengan seorang pria yang pekerjaannya harus berpindah tempat membawa konsekwensi juga bagi keluarganya.

Kabar tentang perpindahan ini memang telah terdengar sejak enam bulan yang lalu….tetapi kemudian mereda…kabar itu sendiri simpang siur…dari kabar akan pindah ke Kendari, Jakarta, tidak jadi dipindah sampai akhirnya malahan pindah ke Batam. . .Kabar tentang perpindahan ini sempat membuat aku bingung…di satu sisi mumpung aku di kota besar, aku mau sekolah lagi untuk mengambil S2 di bidang Kenotariatan di USU dengan alasan karena aku baru saja dipindah jadi aku dan suami berpikir masih bisa untuk sekolah…begitu juga dengan rencana kami untuk punya anak . . .waktu itu kami merencanakan untuk melakukan inseminasi tetapi kami menjadi ragu-ragu dengan berita kepindahan ini, apakah kami sempat untuk melakukan inseminasi atau tidak.

Yang terjadi adalah my beloved husband, Fritz mendorong aku untuk tetap mengikuti ujian masuk Master Kenotariatan di USU. . .aku mempersiapkan diri dengan serius . . sembari aku berdoa semoga bisa sekolah karena pada saat ujian I felt so alive, saya menjadi diri saya sendiri . . .menjadi Joice Siagian . . .ujian lumayan susah tapi karena sudah punya kisi-kisi soal tahun lalu, puji Tuhan saya bisa mengerjakan begitu juga dengan tes wawancara saya bisa menjawab dengan penuh percaya diri. . .(apakah ini karena saya alumnus UI jadi ngerasa PD…wakakakakkak ….).
Begitu juga dengan program inseminasi, akhirnya saya bisa menjalani. . konsekwensinya harus istirahat sebulan. Tidak berenang, jalan-jalan, les piano, dll. Hanya tidur, main piano, baca, dan nonton. Akibatnya berat badanku naik drastis . . aku jadi gendut banget. Berdoa juga dan berharap aku bisa hamil bulan berikutnya. Di masa-masa itu aku sering menyanyikan dan memainkan lagu “Taman Tempat Berdoa” (LS 189). . .karena memang aku hanya bisa mendoakan segala rencanaku seraya berharap, semua itu bisa ‘ku gapai . . . maksudnya aku tidak jadi pindah.

Yang terjadi di akhir bulan Agustus adalah keluar sandi bahwa Suamiku dipindahtugaskan ke Batam. Aku terhenyak, memikirkan segala angan dan rencanaku, memikirkan impianku untuk sekolah sambil menghayal aku akan membuat tesis, paper, masuk kuliah, dan lain-lain. Menghayal bahwa bulan depan aku juga hamil, merasakan bagaimana mengalami morning sick, badan membesar, dan sebagainya yang dialami ibu-ibu hamil yang selama tiga tahun ini aku impikan . . .semuanya tiba-tiba menjadi kabur . . .Aku bersyukur punya suami yang sangat pengertian, dia hanya mengatakan bahwa dia mendukung aku untuk sekolah tetapi tidak boleh putus di tengah jalan dengan alasan apa pun karena biayanya mahal. Keesokan harinya aku menelepon USU untuk menanyakan apakah aku lulus atau tidak. Ternyata aku lulus bahkan lulus sempurna tanpa matrikulasi artinya aku tidak perlu mengikuti kuliah penyegaran dan yang lulus sempurna hanya 13 orang dari 125 peserta sedangkan yang matrikulasi ada 80 orang jadi 32 orang lainnya tidak lulus. Aku bersuka cita, euphoria ada di dalam hatiku…seketika aku memutuskan untuk sekolah, aku siap menanggung resiko apa pun. Saat ‘ku bicarakan dengan Fritz ada nada keberatan di balik kata-katanya kembali ia mengatakan bahwa dia mendukung aku untuk sekolah tetapi tidak boleh putus di tengah jalan dengan alasan apa pun karena biayanya mahal. Dia mengingatkan aku untuk berdoa karena jangan sampai aku mengambil keputusan karena aku sedang over joyed . . . suka cita berlebihan. Aku berani minta sekolah karena aku lulus sempurna kalau lulus matrikulasi mungkin aku agak malu. Sepanjang minggu itu aku bergumul, sedih, marah, kesal, mengapa perpindahan ini terjadi di saat aku dinyatakan lulus, maksud Tuhan apa?????!!!! Aku bingung, kembali aku berdoa, aku minta hikmat agar aku bisa memilih yang terbaik bahkan aku minta tanda padahal sebelumnya aku tidak pernah minta tanda. Tetapi Tuhan tidak pernah memberi tanda kepadaku yang ada Dia memberi aku hikmat untuk berpikir. Saat itu aku membuat dua kolom, yang satu berisi alasan-alasan mengapa aku sekolah dan yang lain mengapa aku harus pindah:

SEKOLAH
BATAM
- tinggal di mana?
- Kalau mau bikin tugas angkutannya apa?
- Kalau hamil bagaimana?
- Kalau punya anak gimana mengurusnya?
- Kalau bikin tesis sedang hamil atau baru punya anak bagaimana?
- dll
Mau ngapain di Batam:
- ke Singapore jalan-jalan
- les piano lagi
- berenang
- jadi guru bahasa Inggris
- les jahit atau menyulam
- dll

Yang aku perhatikan pada kolom Sekolah ada begitu banyak pertanyaan tetapi tidak ada jawaban sedangkan di kolom Batam, hanya ada satu pertanyaan tetapi begitu banyak jawaban. Akhirnya aku berdoa dengan cucuran air mata, aku minta keiklasan pada Tuhan dan kedamaian hati, dan aku memilih untuk tidak sekolah dan ikut pindah ke Batam. Tuhan juga membukakan kembali kepadaku apa tujuan aku menikah, dan proses aku mau menikah dan saat aku memandang wajah suamiku sepertinya aku tidak rela untuk tidak mendampinginya. Sepanjang minggu aku menyanyikan dan memainkan LS 150 “Damai Ajaib”…aku meminta Tuhan agar mendamaikan hatiku dengan pilihanku dan tidak ada penyesalan, Tuhan pun begitu baik, ia membukakan maksudnya dengan satu renungan dari Our Daily Bread yang ‘ku baca tiap hari bagaimana kita harus berdamai dengan kekhawatiran kita, Filipi 4:7: Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, dan akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Filipi 4:13: Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Dan itulah yang diberikan Tuhan Damai Sejahtera. Kemudian aku ikut suami dinas ke Bandung, semakin aku yakin kepindahan ini dari Tuhan. Sementara kami di Bandung, SK sudah keluar artinya dalam jangka waktu beberapa minggu lagi suamiku harus ke Batam dan aku harus segera mengepak barang-barang.
Proses inseminasi pun belum berhasil, aku menstruasi tetapi kembali sahabatku mengingatkan, bahwa Tuhan telah mengatur rencana hidup kita dengan indah…bayangkan jika saat ini aku hamil padahal banyak hal yang harus dipersiapkan, Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Proses pengepakan sudah selesai, rumah sudah kosong dan besok aku akan pergi…seperti tahun lalu aku tidak tahu apa rencana Tuhan kepada kami di Medan begitu pula kami tidak tahu apa yang Tuhan ingin kami lakukan di Batam.

Selama hampir setahun di Medan, praktis tidak banyak pelayanan yang kami lakukan, tetapi aku terus mendoakan terutama setelah mendengar pernyataan suamiku akan kerinduannya untuk melayani orang-orang muda dan bagaimana ia merasa berhutang untuk membina mereka . . .aku terharu sekali karena jarang yang mau seperti itu. Rata-rata orang-orang maunya jadi ketua jemaat…makin cinta, deh…yang bisa aku lakukan adalah meminta kami berdua untuk mendoakan hal tersebut karena doa untuk meminta pelayanan pasti Tuhan kabulkan asalkan pelayanan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dan benar saja tidak lama kemudian pelayanan untuk orang muda bermunculan . . .justru pada saat kami sudah menyerah dan pada saat itu terlintas di dalam pikiranku bahwa mungkin tidak lama lagi kami akan pindah dan betul saja, empat bulan kemudian kami harus pindah untuk membuka ladang pelayanan baru di Batam. Mungkin inilah nasib kami sebagai musafir hanya sebagai pembuka lahan dan tidak sempat menikmati hasil. Seperti halnya tahun lalu di Papua, di saat aku telah mengunjungi Pulau Sauwandarek untuk yang kedua kal, sebulan kemudian Tuhan menyuruh kami untuk pindah ke Batam. Kembali aku bertanya apa lagi Tuhan yang harus kami perbuat di sana.

Selama lebih dari setahun di Medan, aku merasakan berkat Tuhan yang tidak terhingga dengan cara yang berbeda. Di Papua, bisa mengunjungi keindahan alam yang tiada taranya sedangkan di sini aku bisa belajar banyak hal: piano, berenang, bisa ikut tes notariat, bisa aktif di organisasi, dll. Di sini bisa wisata kuliner, dimana makanan yang enak justru bukan di restoran tapi yang di pinggir jalan hmmmmmm. . .bisa naik angkot dengan bebas, dan terutama bisa ikut child-wish program. Walaupun belum berhasil, tapi aku percaya waktu Tuhan adalah yang terindah.
9:42 pm . . .malam terakhir aku di Medan dan besok sang musafir akan melanjutkan perjalanan menuju tempat yang baru . . .

Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi (Yosua 1:9)

1 comment:

Lyn CK said...

masa les nyulam? ahh....dikau neehhh....mending les nyetir mobil kali?